Senin, 17 Januari 2011

Rakyat Miskin Menururn


"SOAL RAKYAT MISKIN"
Pemerintah menyatakan, jumlah rakyat miskin menurun dan sekarang tinggala 30 juta jiwa, ini memang benar, harus dutambah kata "tapi", menurun bukan artinya berkurang melainkan menurun karena miskin turunan, kalau dulu yang miskin orang tuanya, sekarang turun ke anak-anaknya.

"SOAL BERAS MAHAL"
Indonesia sebenarnya dikenal sebagai Lumbung Pagi, artinya sebagai penghasil pertanian yang lumayan besar, bahkan padi hasil pertanian tidak akan kurang, walaupun kenyataannya sekarang pemerintah masih impor beras. Pertanyaannya, kenapa jika menjadi lumbung padi harga beras jadi mahal? Wajarlah jika rakyat miskin menjerit dan makin menjadi Miskin Turunan."Pemain" beras makin kaya dan beras yang kurang layak saja harganya tidak kurang dari RP. 3000/kg.

"SOAL LARANGAN IMPOR"
Bukan soal beras, gula sekarang juga dilarang keras di impor oleh pengusaha swasta, seluruh urusan impor ini ditangani langsung oleh pemerintah pusat. Maka tak heran jika petugas di daerah makin garang dalam melarang siapapun yang mengimpor beras, gula dan sejenisnya. Apa dampaknya? harga beras dan gula pasir membumbung tinggi, yang ada sekarang gula warna kemerah-merahan, sekrang sulit ditemukan gula warna putih bersih dan mulus.

Kenapa beras dan gula yang diimpor swasta melalui pelabuhan-pelabuhan di perbatasan menjadi murah? karena biaya impor murah, rentang kendali antara pelabuhan perbatasan dengan negara pengekspor berdekatan, bebas pajak walaupun masih terkena dana siluman. Tetapi rakyat di perbatasan dimanjakan dan makmur dengan adanya gula dan beras murah. Berarti harga gula dan beras di negeri tetangga sangat murah.

Kenapa impor ini diambilalih pemerintah, karena ada indikasi bisnis pemerintah yang abu-abu, kemana keuntungan yang nyata menjadi samar. Bisa dikatakan hanya menguntungkan oknum yang menjadi pelaku pengimpor dan pemerintah tetap jeblok, karena pemerintah harus tetap mensubsudi.

Kenapa petani lokal tidak bergairah? karena pemerintah tidak tanggap atas keluh kesah petani Indonesia yang selama ini bernada sama sejak dari dulu kala. Soal pupuk saja, menurut petani banyak "dimainkan" dan mudah untuk mendapatkannya. Harga pupuk yang sebenarnya murah, menjadi mahal dan bahkan sampai hilang dari pasaran, sedangkan pengakuan pemerintah produksi pupuk di Indonesia cukup. Celakanya, pemerintah tidak tanggap ketika para petani kita berhadapan dengan bencana. Contoh yang masih ngetren saat ini adalah mahalnya harga cabe akibat musim hujan yang tidak menentu, sehingga banyak petani cabe yang gagal panen.(ara/17/1/11)

1 komentar:

  1. Harga cabel mahal, dilarang monopoli, kenyataannya pemerintah monopoli impor beras, gula dan kebutuhan pokok lainnya.

    BalasHapus