Kongres PSSI di Pekanbaru gagal sudah, dan Ketua PSSI Nurdin juga membatalkan, ia langsung kembali ke Jakarta. Akhirnya, Menegpora Andi Malarangeng membekukan PSSI dan pengurus PSSI harus segera keluar dari kantornya, karena lokasi itu milik pemerinta.
Muncul reaksi dari berbagai kalangan, menilai Nurdin tidak mampu melaksanakan Kongres PSSI, ada juga yang menilai kongres senngaja ada yang menunggangi dan berusaha digagalkan, kemudian tindakan Menegpora gegabah dalam membekukan PSII. Beginilah negeri ini, beraneka ragam budaya dan adat istiadat, beraneka ragam pula pola pikir dan kepentingannya.
Nurdin ada yang mengatakan memang sudah tidak patut lagi menjadi Ketua PSSI, namun Nurdin seakan disuruh ngotot harus bisa menduduki jabatan itu, tentu ada tujuan lain untuk kepentingan lain pula. Gelagat ini sudah bisa dibaca oleh pihak lain, terlebih yang tidak suka dengan Nurdin. Dicarilah kesempatan "emas" untuk benar-benar mendepak Nurdin, berhasil. Pada 26 Maret adalah saat yang tepat sebagai alasan mendepak Nurdin beserta kroninya.
Sekarang muncul pemikiran lain, siapa yang membekukan PSSI dan mendepak Nurdin, tentu juga punya maksud dan tujuan lain. Ini tentu terkait dengan kepentingan Partainya di massa mendatang. Tetapi Nurdin yang dihubungkan dengan kepentingan partai juga, ada yang menyangkalnya, oooalaaaaaaah.
Memang, ketika PSSI melawan Malaysia di Jakarta, penjualan tiket banyak yang menilai tidak profesional, PSSI dinilai tidak becus, tentu ini mengarah kepada ketuanya.
Terlepas dari itu semua, sebaiknya sekarang segera dibentuk kepengurusan yang baru saja, sehingga mereka yang bisa terus berlatih dan bermain bola dengan baik. Tentu diharapkan dengan managemen yang baru, dunia sepak bola di Indonesia akan berkembang lebih baik, tidak mengutamakan keponakan, anak teman, saudara dalam perekrutan pemain baru untuk di didik menjadi pemain yang handal dan berbakat.
Jika memang Kongres mendatang akan dilaksanakan di Surabaya, silahkan, tida ada masalah, yang terpenting laksanakan dengan baik dan aman. Jangan ribut lagi ya saudaraku.
Muncul reaksi dari berbagai kalangan, menilai Nurdin tidak mampu melaksanakan Kongres PSSI, ada juga yang menilai kongres senngaja ada yang menunggangi dan berusaha digagalkan, kemudian tindakan Menegpora gegabah dalam membekukan PSII. Beginilah negeri ini, beraneka ragam budaya dan adat istiadat, beraneka ragam pula pola pikir dan kepentingannya.
Nurdin ada yang mengatakan memang sudah tidak patut lagi menjadi Ketua PSSI, namun Nurdin seakan disuruh ngotot harus bisa menduduki jabatan itu, tentu ada tujuan lain untuk kepentingan lain pula. Gelagat ini sudah bisa dibaca oleh pihak lain, terlebih yang tidak suka dengan Nurdin. Dicarilah kesempatan "emas" untuk benar-benar mendepak Nurdin, berhasil. Pada 26 Maret adalah saat yang tepat sebagai alasan mendepak Nurdin beserta kroninya.
Sekarang muncul pemikiran lain, siapa yang membekukan PSSI dan mendepak Nurdin, tentu juga punya maksud dan tujuan lain. Ini tentu terkait dengan kepentingan Partainya di massa mendatang. Tetapi Nurdin yang dihubungkan dengan kepentingan partai juga, ada yang menyangkalnya, oooalaaaaaaah.
Memang, ketika PSSI melawan Malaysia di Jakarta, penjualan tiket banyak yang menilai tidak profesional, PSSI dinilai tidak becus, tentu ini mengarah kepada ketuanya.
Terlepas dari itu semua, sebaiknya sekarang segera dibentuk kepengurusan yang baru saja, sehingga mereka yang bisa terus berlatih dan bermain bola dengan baik. Tentu diharapkan dengan managemen yang baru, dunia sepak bola di Indonesia akan berkembang lebih baik, tidak mengutamakan keponakan, anak teman, saudara dalam perekrutan pemain baru untuk di didik menjadi pemain yang handal dan berbakat.
Jika memang Kongres mendatang akan dilaksanakan di Surabaya, silahkan, tida ada masalah, yang terpenting laksanakan dengan baik dan aman. Jangan ribut lagi ya saudaraku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar