Sejak lama saya ingin menulis otobiografi H Akmal Atattrik, tetapi tidak pernah kesampaian dan hanya rasa ingin yang sangat kuat. Sampai di akhir hayatnya almarhum pada Kamis, 13 Oktober 2011 Pak Akmal (biasa orang memanggilnya), saya belum juga wujudkan keinginan ini.
Keinginan saya menulis perjalanan hidup Pak Akmal ini tiba-tiba saja muncul, karena hampir belasan tahun saya berkumpul beliau, minimal saya mengetahui kesehariannya yang sangat sederhana, tetapi kegigihannya dalam tulis menulis sangat terlihat.
Beliau oleh kebanyakan orang ditokohkan, misalnya dalam kepiawaiannya melahirkan tokoh-tokoh muda di dunia pers dan politik. Termasuk dalam pemekaran Propinsi Kepulauan Riau, beliau termasuk sala satu tokoh penggagas, pelobi, perancang seperti apa sebuah propinsi Kepri. Bersama beliau dalam memperjuangkan Propinsi Kepri, seperti Imam Sudrajat mantan Ketua Kadin Kepri (Sekarang Kab. Bintan), Rida K Liamsi (CEO Batam Pos) dan satu lagi yang tidak saya ingat. Empar sekawan inilah yang berjuang melakan gerakan di Ria Kepulauan dan Jakarta. Perjuangannya, tidak Cuma dalam pemekaran Propinsi Kepri, akan tetapi juga menyangkut pembentukan Kabupaten Lingga dan kabupaten-kabupaten di Kepri.
Setahu saya, beliau juga seorang tokoh PDIP yang sangat idealis, bersama saya di tahun 1990-an, pernah ditawari untuk duduk di kursi dewan, saya bersama beliau sama-sama menolak, kala itu kursi PDIP masih ada kekosongan empat kursi. “Carikan orang lain saja, saya dengan Alan biarkan jadi wartawan saja, menjadi control kalian,” kata almarhum kala itu.
Maka tak heran, kepergiannya untuk selama-lamanya, hadir para tokoh pers dan tokoh politik di Kepri, seperti Direktur Batam Pos-Marganas Nainggolan, Ketua DPC PDIP Bintan dan anggota DPRD-Tawarih BSc, Sekretaris DPD PDIP Kepri dan anggota DPRD Kepri-Lis Darmansyah, Imam Sudrajat teman seperjuangan, Bupati Bintan-Ansar Achmad, Huzrin Hood dan tokoh-tokoh lain serta masyarakat dan handai taulan. (Alan-bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar