Sabtu, 30 April 2011
Jumat, 08 April 2011
Pabrik Miras
Keberadaan pabrik Minuman Keras (Miras) di sekitar Jl. Telaga Biru, tepatnya di belakang Pabrik Crum Rubber di KM 14 Lengkuas, Bintan Timur, Bintan, Kepri, sudah lama dikeluhkan warga. Ini menyusul adanya kolam penampungan limbah yang tidak mampu lagi, akibatnya meluber dan mengalir ke parit.
Sementara parit itu sebagai melintasi rumah-rumah penduduk dan bahkan air parit yang airnya berasal dari sumber bukit itu, mengalir secara alami, bahkan di saat musim kemarau, air ini tetap mengalir dengan baik, walau arusnya tidak sederas musin hujan.
Akibat limbah terbawa arus parit ini, karuan saja menimbulkan bau yang tidak sedap, bahkan anak ikan-ikan yang berada di kolam tidak mampu hidup dan pada pingsan serta mati. Kebaradaan pabrik Miras milik Alim yang beralamat di Pelantar II Tanjungpinang ini, bahkan rencannya akan membangun lokasi untuk pengalengan sekaligus. Selama ini, di sini hanya sebagai produksi, sedangkan pengalengan dan pengemasan dilakukan di Tanjungpinang.
Miras ini berlabel Arak Putih, dan dijual di pasar bebas di Tanjungpinang, sejenis minuman keras yang bergambar Apek Botak. Minuman ini memang digandrungi anak-anak muda yang cekak kantongnya, karena harganya memang sangat murah ketimbang Miras bermerk lainnya.
Upaya warga yang protes kepada pemilik usaha Miras ini selalu mentok dan tidak mendapat respon, terutama dari Ketua RT, RW, dan bahkan dikatakan jika perusahaan ini sudah mendapat izin operasional dari Kantor Camat Bintan Timur.
Salah seorang warga di sekitar lokasi ini menuturkan, pihaknya tidak melarang keberadaan usaha ini, tetapi harus memperhatikan lingkungan. Mungkin dulu jarang rumah penduduk, kondisi sekarang sudah berbeda dan ini perlu mendapat perhatian khusus. Silahkan saja, tetapi kolam untuk menambung limbah sebelum dialirkan ke parit harus bagus. Sehingga limbah yang mengalir ke parit, sudah tidak beracun dan tidak pekat lagi.
Sementara parit itu sebagai melintasi rumah-rumah penduduk dan bahkan air parit yang airnya berasal dari sumber bukit itu, mengalir secara alami, bahkan di saat musim kemarau, air ini tetap mengalir dengan baik, walau arusnya tidak sederas musin hujan.
Akibat limbah terbawa arus parit ini, karuan saja menimbulkan bau yang tidak sedap, bahkan anak ikan-ikan yang berada di kolam tidak mampu hidup dan pada pingsan serta mati. Kebaradaan pabrik Miras milik Alim yang beralamat di Pelantar II Tanjungpinang ini, bahkan rencannya akan membangun lokasi untuk pengalengan sekaligus. Selama ini, di sini hanya sebagai produksi, sedangkan pengalengan dan pengemasan dilakukan di Tanjungpinang.
Miras ini berlabel Arak Putih, dan dijual di pasar bebas di Tanjungpinang, sejenis minuman keras yang bergambar Apek Botak. Minuman ini memang digandrungi anak-anak muda yang cekak kantongnya, karena harganya memang sangat murah ketimbang Miras bermerk lainnya.
Upaya warga yang protes kepada pemilik usaha Miras ini selalu mentok dan tidak mendapat respon, terutama dari Ketua RT, RW, dan bahkan dikatakan jika perusahaan ini sudah mendapat izin operasional dari Kantor Camat Bintan Timur.
Salah seorang warga di sekitar lokasi ini menuturkan, pihaknya tidak melarang keberadaan usaha ini, tetapi harus memperhatikan lingkungan. Mungkin dulu jarang rumah penduduk, kondisi sekarang sudah berbeda dan ini perlu mendapat perhatian khusus. Silahkan saja, tetapi kolam untuk menambung limbah sebelum dialirkan ke parit harus bagus. Sehingga limbah yang mengalir ke parit, sudah tidak beracun dan tidak pekat lagi.
Minggu, 03 April 2011
PSSI, Nurdin dan Andi Malarangeng
Kongres PSSI di Pekanbaru gagal sudah, dan Ketua PSSI Nurdin juga membatalkan, ia langsung kembali ke Jakarta. Akhirnya, Menegpora Andi Malarangeng membekukan PSSI dan pengurus PSSI harus segera keluar dari kantornya, karena lokasi itu milik pemerinta.
Muncul reaksi dari berbagai kalangan, menilai Nurdin tidak mampu melaksanakan Kongres PSSI, ada juga yang menilai kongres senngaja ada yang menunggangi dan berusaha digagalkan, kemudian tindakan Menegpora gegabah dalam membekukan PSII. Beginilah negeri ini, beraneka ragam budaya dan adat istiadat, beraneka ragam pula pola pikir dan kepentingannya.
Nurdin ada yang mengatakan memang sudah tidak patut lagi menjadi Ketua PSSI, namun Nurdin seakan disuruh ngotot harus bisa menduduki jabatan itu, tentu ada tujuan lain untuk kepentingan lain pula. Gelagat ini sudah bisa dibaca oleh pihak lain, terlebih yang tidak suka dengan Nurdin. Dicarilah kesempatan "emas" untuk benar-benar mendepak Nurdin, berhasil. Pada 26 Maret adalah saat yang tepat sebagai alasan mendepak Nurdin beserta kroninya.
Sekarang muncul pemikiran lain, siapa yang membekukan PSSI dan mendepak Nurdin, tentu juga punya maksud dan tujuan lain. Ini tentu terkait dengan kepentingan Partainya di massa mendatang. Tetapi Nurdin yang dihubungkan dengan kepentingan partai juga, ada yang menyangkalnya, oooalaaaaaaah.
Memang, ketika PSSI melawan Malaysia di Jakarta, penjualan tiket banyak yang menilai tidak profesional, PSSI dinilai tidak becus, tentu ini mengarah kepada ketuanya.
Terlepas dari itu semua, sebaiknya sekarang segera dibentuk kepengurusan yang baru saja, sehingga mereka yang bisa terus berlatih dan bermain bola dengan baik. Tentu diharapkan dengan managemen yang baru, dunia sepak bola di Indonesia akan berkembang lebih baik, tidak mengutamakan keponakan, anak teman, saudara dalam perekrutan pemain baru untuk di didik menjadi pemain yang handal dan berbakat.
Jika memang Kongres mendatang akan dilaksanakan di Surabaya, silahkan, tida ada masalah, yang terpenting laksanakan dengan baik dan aman. Jangan ribut lagi ya saudaraku.
Muncul reaksi dari berbagai kalangan, menilai Nurdin tidak mampu melaksanakan Kongres PSSI, ada juga yang menilai kongres senngaja ada yang menunggangi dan berusaha digagalkan, kemudian tindakan Menegpora gegabah dalam membekukan PSII. Beginilah negeri ini, beraneka ragam budaya dan adat istiadat, beraneka ragam pula pola pikir dan kepentingannya.
Nurdin ada yang mengatakan memang sudah tidak patut lagi menjadi Ketua PSSI, namun Nurdin seakan disuruh ngotot harus bisa menduduki jabatan itu, tentu ada tujuan lain untuk kepentingan lain pula. Gelagat ini sudah bisa dibaca oleh pihak lain, terlebih yang tidak suka dengan Nurdin. Dicarilah kesempatan "emas" untuk benar-benar mendepak Nurdin, berhasil. Pada 26 Maret adalah saat yang tepat sebagai alasan mendepak Nurdin beserta kroninya.
Sekarang muncul pemikiran lain, siapa yang membekukan PSSI dan mendepak Nurdin, tentu juga punya maksud dan tujuan lain. Ini tentu terkait dengan kepentingan Partainya di massa mendatang. Tetapi Nurdin yang dihubungkan dengan kepentingan partai juga, ada yang menyangkalnya, oooalaaaaaaah.
Memang, ketika PSSI melawan Malaysia di Jakarta, penjualan tiket banyak yang menilai tidak profesional, PSSI dinilai tidak becus, tentu ini mengarah kepada ketuanya.
Terlepas dari itu semua, sebaiknya sekarang segera dibentuk kepengurusan yang baru saja, sehingga mereka yang bisa terus berlatih dan bermain bola dengan baik. Tentu diharapkan dengan managemen yang baru, dunia sepak bola di Indonesia akan berkembang lebih baik, tidak mengutamakan keponakan, anak teman, saudara dalam perekrutan pemain baru untuk di didik menjadi pemain yang handal dan berbakat.
Jika memang Kongres mendatang akan dilaksanakan di Surabaya, silahkan, tida ada masalah, yang terpenting laksanakan dengan baik dan aman. Jangan ribut lagi ya saudaraku.
Langganan:
Postingan (Atom)