Perkembangan pay tv di Indonesia semakin baik dan bermunculan, gugur satu muncul lainnya, gugur Astro muncul AORA, muncul Skynindo, Telkomvision. Namun keberadaannya pay tv ini menjadi ancaman bagi perkembangan Indovision yang merasa ada lebih lama tetapi tidak berhasil mencapai target pelanggannya.
Bahkan belakangan pelanggan Indovision semakin merosot lantaran semakin berkembanganya pay tv melalui kabel yang hampir tumbuh di seluruh pelosok desa di negeri ini. ratusan ribu pelanggan Indovision memilih putus dan pindah ke tv kabel, lantaran tv kabel lebih murah, dan pelanggan tanpa berfikir apakah tv kabel itu legal atau ilegal, yang terpenting murah meriah, channel yang disuguhkan juga ada di Indovision.
Dalam sebuah seminar di beberapa daerah terungkap atas ketakutan Indovision ini dengan maraknya tv kabel, khawatir kasus di India terjadi di Indonesia. Mengapa demikian, karena di India masyarakatnya banyak yang berlangganan tv kabel dan meninggal pay tv satelit, jika ini terjadi, investasi yang milyaran rupiah bisa kolap. Jawabannya, kenapa harus investasi milayaran rupiah, jika dengan puluhan juta sudah bisa memberikan yang terbaik kepada masyarakat yang mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan informasi, hiburan dan pendidikan via media visual.
Kabar terakhir untuk mendepak tv kabel ini, pay tv indovision membuka jaringan tv kabel di Sulawesi, menyusul segera dibuka di beberapa daerah lain dengan harga iuran yang mengejutkan, yakni gratis selama setahun dan tahun berikutnya hanya dikenakan iuran cuma Rp. 15.000/bulan. Sedangkan iuran tv kabel saat ini, sudah ada yang mencapai diangka Rp. 70.000/bulan dengan channel lokal dan premium.
Bagaimana mengantisipasi persoalan ini, karena ini akan menjadi persoalan bagi pemilik usaha tv kabel, yakni kebersamaan dan persatuan komunitas tv kabel di Indonesia, tidak ada lagi pemikiran negatif thinking sesama pengelola. Jika kebersamaan ini bisa dijaga dengan baik, bukan omong kosong dan bukan janji belaka, ada pihak yang akan memberikan support kepada tv kabel di Indonesia dengan konten gratis dan bahkan bisa mendapatkan inkam dari pusat.
Maksudnya adalah, dengan terealisasinya Indovision menggratiskan iuran, kita sudah siap dengan kondisi ini dan ini pernah saya sampaikan kepada beberapa teman di Jakarta. Tapi masih ditanggapi pesimis, ya memang beginilah sebuah pemikiran, terkadang terabaikan oleh terkotak-kotaknya pemikiran kita. Hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin, ini tidak pernah teman-teman sadari.
Seperti saya akan mewujudkan IBO (Indonesian Box Office) ini hanya sebuah wacana dan tidak akan terbukti, karena tidak mudah dalam menggabungkan seluruh kekayaan budaya negeri ini, diperlukan tenaga dan financial yang tidak murah. Namun mereka tidak pernah menyadari yang tidak mungkin akan menjadi kenyataan. Maka itu, biarkan waktu yang akan menentukan, yang terpenting semua teman-teman tetap bersemangat dalam menjalankan usahanya dan tidak terdapat kendala. salam